Minum Kopi di Pagi Hari & Sore Hari (1)



biji kopi & gelas kopi

Bab(1)

Sebuah Kisah Tentang Kebiasaan dan Kenangan


Beritaviralonline.blogspot.
com
Di sebuah kota kecil bernama Lantana, kopi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan para penduduknya. Rutinitas pagi hari diawali dengan aroma seduhan kopi yang harum menyebar dari setiap rumah, sementara sore hari selalu diiringi dengan secangkir kopi hangat di teras rumah. Bagi Raka, seorang pemuda pekerja kantoran, minum kopi bukan sekadar kebiasaan, tetapi sebuah tradisi yang menghubungkannya dengan kenangan masa lalu.

Raka, seorang pemuda yang lahir dan besar di Lantana, tumbuh di lingkungan di mana kopi adalah simbol kebersamaan. Ia belajar mencintai kopi dari almarhum kakeknya, Pak Darsa, yang selalu berkata, "Secangkir kopi itu seperti hidup, Raka. Kadang pahit, kadang manis, tapi selalu nikmat kalau kita menikmatinya." Kini, meski sibuk dengan pekerjaannya, Raka selalu meluangkan waktu untuk menikmati kopi di pagi dan sore hari.

Pagi hari adalah waktu yang sakral bagi Raka. Tepat pukul 6 pagi, ia duduk di balkon rumahnya, menyeruput kopi sambil membaca berita. Di sore hari, sekitar pukul 4, ia akan duduk di teras rumah sambil menikmati angin semilir dan memandangi matahari yang perlahan tenggelam di ufuk barat. Dua waktu ini adalah saat-saat yang tidak akan pernah dilewatkannya.

Raka tinggal di sebuah rumah mungil di pinggir kota Lantana. Rumahnya dikelilingi oleh kebun kopi kecil yang diwariskan oleh kakeknya. Tempat inilah yang menjadi saksi bisu rutinitas pagi dan sore Raka. Ketika ia merindukan kakeknya, ia sering pergi ke kebun itu, membawa secangkir kopi, dan duduk di bawah pohon kopi yang dulu sering mereka rawat bersama.

Bagi Raka, kopi bukan hanya sekadar minuman. Pagi hari dengan kopi memberinya semangat untuk menghadapi tantangan hari itu, sementara sore hari dengan kopi adalah momen untuk merenung, meresapi apa yang sudah ia lalui. Rutinitas ini juga menjadi cara untuk mengenang kakeknya yang mengajarkan bahwa hidup, seperti kopi, selalu layak dinikmati meski tidak sempurna.

Setiap pagi, Raka menggiling biji kopi pilihan dari kebunnya sendiri. Dengan penuh perhatian, ia menyeduh kopi dengan metode pour-over, menciptakan rasa yang kaya dan aroma yang khas. Sore hari, ia lebih santai, membuat kopi tubruk sederhana sambil mendengarkan lagu-lagu lama yang dulu sering diputar kakeknya. Kedua momen ini tidak hanya memberi energi, tetapi juga menenangkan hatinya.

Bagi Raka, kopi adalah lebih dari sekadar kebiasaan harian. Ia adalah jembatan menuju kenangan, refleksi atas hidup, dan pengingat bahwa kebahagiaan ada di hal-hal kecil. Dengan setiap tegukan kopi di pagi atau sore hari, ia mengingatkan dirinya untuk bersyukur atas hidup dan segala keindahannya, meskipun sesederhana secangkir kopi hangat.
Bersambung.....

Nantikan cerita selanjutnya dengan tema "Momen Yang Tak Terlupakan"

penulis : Junaidi
cerita cerpen bersambung....
ilustrasi (fiktip)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lembaga AR Learning Center

HATI YANG LUKA

Resiko Kesehatan Kebiasaan Minum Teh Botol