Bahagia Sederhana





Kebahagiaan dalam Kesederhanaan
karya:M.Junaidi Halawa
Desa kecil di pinggiran bukit, menggambarkan keluarga sederhana Pak Wira, Bu Lila, serta anak-anak mereka, Raka dan Sinta, yang penuh kehangatan dan kehidupan.





beritaviralonli.blogspot.com
Di sebuah desa kecil di pinggiran bukit, tinggallah sebuah keluarga sederhana yang terdiri dari Pak Wira, istrinya Bu Lila, dan dua anak mereka, Raka dan Sinta. Rumah mereka tak besar, hanya berdinding kayu dan beratap seng, namun di situlah kehangatan selalu bernaung.

Setiap pagi, Pak Wira akan berangkat ke ladang dengan cangkul di pundak. Ladang itu tak luas, tapi cukup untuk menanam padi dan sayur-mayur. Bu Lila, di sisi lain, menghabiskan harinya menenun kain tradisional di teras rumah sambil sesekali mengawasi anak-anak yang bermain di halaman. Raka dan Sinta sering membuat mainan sendiri, seperti mobil-mobilan dari bambu atau layangan dari kertas bekas. Gelak tawa mereka selalu memenuhi udara.

Suatu hari, datanglah seorang pedagang dari kota. Ia berhenti di depan rumah mereka dengan mobil besar yang mengilap. Pedagang itu menawarkan barang-barang mewah: jam tangan berkilauan, pakaian mahal, hingga alat-alat rumah tangga modern. Mata Sinta dan Raka berbinar melihat barang-barang itu.

“Bu, kita beli itu saja. Rumah kita jadi seperti di kota,” pinta Raka penuh semangat.

Bu Lila tersenyum lembut. “Nak, barang-barang itu memang indah, tapi apakah kita benar-benar membutuhkannya?”

Raka mengerutkan dahi. “Tapi rumah kita jadi lebih keren, Bu. Teman-temanku pasti iri.”

Pak Wira yang baru saja pulang dari ladang mendengar percakapan itu. Ia menepuk bahu Raka dengan penuh kasih. “Raka, kebahagiaan itu bukan soal apa yang kita punya, tapi bagaimana kita menghargai apa yang sudah kita miliki.”

Namun Raka tetap diam, seolah tak puas dengan jawaban ayahnya. Melihat itu, Pak Wira mengajak keluarganya makan malam di teras rumah. Mereka duduk bersama menghadap sawah, menikmati nasi hangat dengan sayur lodeh sederhana.

Saat malam semakin larut, tiba-tiba angin bertiup membawa suara nyanyian jangkrik dan kodok sawah. Langit desa dipenuhi bintang yang berkilauan, sesuatu yang jarang terlihat di kota. Raka menatap langit dengan mata berbinar.

“Ayah, lihat bintangnya banyak sekali!” seru Raka.

Pak Wira tersenyum. “Itulah, Nak. Hal-hal terindah di dunia ini tak perlu kita beli. Mereka sudah ada di sekitar kita.”

Raka terdiam sejenak, lalu tersenyum. Ia mulai memahami maksud ayahnya.

Keesokan harinya, pedagang dari kota itu kembali datang, namun kali ini Raka dan Sinta tidak berlari menghampiri. Mereka sibuk bermain layangan di halaman, sementara tawa mereka terdengar hingga ke jalan.

Hari itu, Raka belajar bahwa kebahagiaan bukanlah soal memiliki segalanya, tetapi soal mensyukuri apa yang sudah ada.

Bagaimana dengan Anda? Dari kisah ini, kita diajak merenungkan arti kebahagiaan sejati. Pernahkah Anda merasakan kebahagiaan dari hal-hal sederhana di sekitar Anda? Mungkin dari waktu bersama keluarga, keindahan alam, atau sekadar melihat senyum orang tersayang.

Bagikan tanggapan dan pengalaman Anda tentang kebahagiaan sederhana di kehidupan sehari-hari. Cerita Anda bisa menjadi inspirasi bagi orang lain yang sedang mencari makna kebahagiaan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lembaga AR Learning Center

HATI YANG LUKA

Resiko Kesehatan Kebiasaan Minum Teh Botol